Merdeka Berbakti, Mahardika Mencintai Negeri

Oleh: Hj. Siti Muntamah Oded, S.Ap

Tepat di hari ke-76 negeri tercinta berulang tahun atas kemerdekaannya, mari kita hadirkan doa tulus dan harapan terbaik untuk Indonesia yang hingga hari ini masih dilanda musibah istimewa bernama COVID-19. Semoga pandemi segera berakhir, dan normalitas kehidupan dapat kita raih dengan sepenuh maslahat.

Di hari yang bersejarah ini pula, mari kita khidmat bersama menafakuri jasa-jasa para pahlawan. Semoga Allah SWT hadiahkan surga terbaik untuk mereka yang telah gugur dalam memperjuangkan merdekakanya Indonesia. Semoga bangsa kita tampil menjadi bangsa yang cerdas nan berkeadaban, bangsa yang sejahtera nan berkeadilan.

Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan. Merdekanya kita hari ini adalah bagian dari lelahnya orang-orang terdahulu. Merdeka dari penjajahan, merdeka dari kebodohan, merdeka dari ketidakpahaman, sebuah kondisi multidimensi yang telah dipahat menjadi sejarah perubahan. Maka adanya kita hari ini, juga dalam tugas memahat sejarah untuk merdekanya anak cucu kita dari penjajahan yang tak kasat mata.

Kita tak hidup di zaman sebelum merdeka. Kita pun tak ikut berkontribusi dalam merumuskan merdekanya negeri ini. Namun kontribusi itu tak tertabir oleh kondisi. Artinya, sebelum dan atau sesudah merdeka, kita tetap bisa menghadirkan takzim terbaik dengan cara yang berbeda, dengan patriotisme yang tak sama, dan dengan talenta yang kita punya.

Terlebih dengan melimpah ruahnya ilmua pengetahuan, menjadi sebuah bekal bermakna untuk kita mencintai negeri ini dengan memadukan kompnen ruh, jasad dan akal dengan maksimal. Sebagaimana saah satu jenis ilmu pengetahuan menurut Kneller (1971), yakni kita memiliki revealed knowledge. Artinya, ketika kita maknai dari kaca mata muslim, maka kita adalah umat terbaik ( ahsani takwim) yang bertugas menjadi perpanjangan tangan amanah Allah Swt. dan risalah Rasulullah Saw. sehingga mendidik generasi adalah sebuah jalan panjang perjuangan alias life long education atau dikenal juga dengan istilah pendidikan sepanjang hayat.

Selanjutnya, perbedaan masa tentu saja menghadirkan perbedaan dinamika dan perbedaan upaya. Karena memang ujian pun menembus ruang dan waktu. Oleh karenanya, mari menjadi anak bangsa yang adaptif terhadap perubahan, menjadi insan yang mengampu daya suai mumpuni, sehingga kita mampu mengedukasi masyarakat dan generasi kita dengan relevan dan reliabel (andal), serta tentu saja dipasok dengan sikap awas dan mawas. Semoga generasi kita, keluarga kita, menjadin sebenar-benar rahim peradaban yang menjadi pemasok berdaulatnya negeri ini.

Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan. Mari tetap tangguh dan terus bertumbuh, sebagaimana tagline yang dikibarkan secara nasional pada HUT RI ke-76 ini, yakni Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Semoga hal demikian kita sikapi sebagai sesuatu yang tak terbatas retorika, melainkan sebuah kedalaman nilai untuk kita implikasikan dalam menjalani peran peradaban ini. Semoga nilai tersebut, menjadi penyempurna bakti-bakti kita untuk dalam menempuh Indonesia yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur.

Dirgahayu negeriku, merdeka Indonesiaku.