MENCERMATI FILOSOFI BACK TO SCHOOL

Oleh: Hj. Siti Muntamah Oded, S.AP.

(Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat,

Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga PKS Jawa Barat)

Ayah Bunda hebat di mana saja berada. Memulai aktivitas anak-anak kita kembali ke sekolah, atau mungkin aktivitas memulai bersekolah di jenjang yang baru. Luar biasa. Semoga kita senantiasa berada dalam penjagaan dan keberkahan Allah Swt.

Menyambut hari masuknya sekolah yang secara umum teragendakan pada Senin 15 Juli, saya mengucapkan selamat kepada Ayah Bunda semua. Semoga segala bentuk repot dan riuhnya menempuh persiapan, senantiasa bertemu dengan balasan pahala terindah. Demikian pula dengan Ananda hebat saleh salehah, semoga tercapai setiap impian dan harapan. Sebagaimana diingatkan juga dalam sebuah ayat; dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. An-Najm: 39)

Namun, mohon izin saya juga ikut berbagi kasih sayang berupa nasihat untuk Ayah Bunda sekalian kaitannya dengan ‘perintilan” menyambut MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) atau dengan istilah lain sesuai masing-masing lembaga pendidikan. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk sama-sama meluruskan dan menyamakan persepsi. Mengapa? Supaya kita sama-sama memiliki alasan dan tujuan positif atas setiap keputusan yang kita ambil.

Pertama, Persepsi tentang Persiapan

Kadang-kadang atau tidak sedikit di antara kita sebagai orang tua disibukkan dengan ragam persiapan, yang secara umum berupa persiapan fisik. Mulai dari seragam baru, tas baru, sepatu baru, hingga buku tulis baru dan kelengkapan sejenis. Bahkan para Ibu rela berada dalam antrean panjang di sebuah toko alat tulis. Ketika berbiacara persiapan fisik, tentu saja akan terhubung dengn bekal keuangan untuk dapat memenuhinya. Saya berharap, apa pun  yang sudah kita korbankan untuk kebaikan anak-anak kita menempuh pendidikan terbaik, semoga senantiasa bernilai ibadah dan Allah kembalikan adlam berbagai rupa rezeki, termasuk rezeki kesalehan dan rezeki keluhungan anak-anak kita dalam menguasai ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, kita juga penting memberikan penyadaran pada diri kita masing-masing, bahwa pembekalan untuk anak-anak kita itu tak cukup sampai persiapan yang bersiaft fisik, melainan pembekalan berupa mental seperti kasih sayang, dorongan, perhatian, doa, arahan, nasihat, bahkan peringatan, sehingga anak-anak sudah mengantongi bekal “kepahaman” sejak dari rumah. Sederhananya, anak diberi brefing terlebih dahuliu di lingkungan keluarga sehingga mereka dapat memegang tanggung jawab untuk menjaga sikap dan perilaku sosialnya.

Kedua, Persepsi tentang Sekolah

Semoga kita semua bisa clear dengan pemahaman bahwa pendidikan tidak berarti sama dengan sekolah. Artinya, sekolah itu hanya bagian dari pendidikan. Artinya, dari sekian banyak sekolah yang ada sebagai sebuah lembaga pendidikan, kita harus sama-sama mengingat dan meyakini ulang bahwa lingkungan rumah kita adalah lembaga pendidikan. Keluarga kita sebagai satuan masyarakat terkecil, itu adalah lembaga pendidikan. Jadi, anak-anak kita sudah mengawali aktivitas belajar mulai dari rumahnya masing-masing. Lebih jauh lagi, hal ini mari kita tafsirkan dengan arif, bahwa di balik lembaga pendidikan yang kita pilih sebagai tempat anak-anak kita bersekolah, terdapat lembaga pendidikan yang pertama dan utama, yakni kita sendiri sebagai orang tua.

Oleh karenanya, mari kita sepakati, bahwa kita tidak bisa menyerahkan seutuhnya kepada pihak sekolah untuk seluruh target capain yang harus dikuasai atau diampu oleh anak-anak kita. Mereka punya hak atas nasihat dan pembekalan dari kita para orang tuanya.

Ketiga, Persespi tentang Sekolah Favorit

Ayah Bunda hebat di mana saja berada. Sangat penting bagi kita untuk berpikir lebih terbuka kaitannya dengan sekolah favorit. Jangan sampai di antara kita sebagai orang tua, menafsirkan bahwa sekolah favorit adalah segala-galanya, sehingga kita “memaksakan diri” untuk menembusnya karena dianggap terbaik dan dianggap seolah-olah sekolah lain tidak bereputasi. Lalu di saat yang sama, kita beranggapan bahwa sekolah selain sekolah favorit bukanlah solusi untuk dipilih. Mari kita yakini bersama, bahwa proses belajar seorang anak juga akan disokong oleh faktor pemahaman dirinya tentang pentingnya belajar. Artinya, bagi anak yang sudah terbekali pola pikir tentang pentingnya belajar, mereka tidak akan selalu tergantung pada lingkungan, namun justru mereka bisa lebih beradaptasi dengan kondisi yang ada. Mengapa? Karena secara jalan pikiran, mereka akan bisa objektif memandang sekeliling. Bahwa mereka sedang berjuang memenuhi orientasi sebagai pembelajar.

Demikian Ayah Bunda yang dirahmati Allah. Semoga setiap ikhtiar yang kita tempuh adalah jalan juang kita menuju keutuha dan kekokohan keluarga, di mana lebih jauh dapat membantu tegaknya negara dengan kondisi anak-anak kita terdidik dan tercerahkan dengan kearifan dan ilmu pengetahuan.

Salam hangat, salam penuh cinta, salam pendidikan, untuk Ayah Bunda dan Ananda semua.